dr Ali Murdianis, SP Pd (K)Ger saat melakukan penyuluhan kesehatan mengenai DM kepada pasien dan pengunjung RSUD Mohammad Natsir pekan yang lalu (Foto Mia PKRS)
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula (glukosa) dalam darah. Seseorang dikatakan mengidap DM apabila kadar gula dalam darah saat puasa (GDP) sebesar 126 mg/dl atau lebih, dan kadar gula dua jam setelah makan sebesar 200 mg/dl atau lebih.
Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pangkreas. Pada penderita DM, pangkreas tidak mampu memproduksi hormon insulin yang dibutuhkan tubuh, sehingga kehilangan kontrol terhadap gula darah.
“Oleh karena itu, orang dengan DM harus mampu mengontrol pola hidupnya, agar dapat membantu tubuhnya dalam mengontorl gula darah,” ujar dr Ali Murdianis, SP Pd (K)Ger saat melakukan penyuluhan kesehatan mengenai DM kepada pasien dan pengunjung RSUD Mohammad Natsir pekan yang lalu.
Dikatakan, pengaturan pola makan yang ketat harus dilakukan oleh orang dengan DM. “Penderita DM disarankan untuk mengkosumsi makanan yang tepat, olahraga teratur, minum obat secara teratur dan menghindari stress,” tutur Ali Murdianis.
Ada tiga cara untuk mencegah DM,”Yakni pencegahan secara primer, sekunder dan secara tersier,” tambahnya.
Dikatakan, pencegahan primer ditujukan bagi mereka yang punya faktor resiko yakni mereka yang belum terkena tapi punya potensi untuk terkena diabetes. Faktor resiko ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi dan faktor risiko yang bisa dimodifikasi.
"Kita bisa mengurangi faktor risiko yang bisa dimodifikasi saja. Kalau yang tidak bisa dimodifikasi, kita tidak bisa ubah itu," katanya.
Adapun faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yakni riwayat keluarga dengan DM, usia di atas 45 tahun, riwayat melahirkan bayi, dengan berat di atas 4 ribu gram atau pernah mengalami diabetes gestasional, dan riwayat lahir dengan berat kurang dari 2,5 kilogram.
Sementara, faktor risiko yang bisa dimodifikasi, di antaranya berat badan lebih, kurang aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia atau kolesterol tinggi serta trigliserida tinggi, dan diet tak sehat.
Untuk pencegahan sekunder, diterapkan bagi mereka yang positif mengidap DM. Fungsinya agar diabetes tidak mengarah pada komplikasi. “Langkah yang diupayakan meliputi pengendalian kadar gula sesuai target terapi dan pengendalian faktor risiko komplikasi yang lain dengan pemberian obat-obatan yang optimal,” jelas Ali Murdianis.
Dan, pencegahan tersier adalah pencegahan yang dilakukan terhadap penderita DM yang sudah mengalami komplikasi. Tujuan pencegahan ini agar komplikasi jangan sampai membuat pasien cacat atau bahkan meninggal. Hal ini dapat terjadi jika ada layanan kesehatan yang komprehensif dan terintegrasi antar disiplin yang terkait. (te)