Siapa yang bisa menduga terjadinya kebakaran? Yang bisa dilakukan hanya meminimalisir penyebab-penyebab kebakaran, serta mengupayakan pemadaman kebakaran sesegera mungkin.
Dalam rangka mengupayakan pemadaman kebakaran sesegera mungkin itu, semua karyawan RSUD Mohammad Natsir (RSUDMN) diberikan pelatihan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). "Workshop yang digelar oleh Komite K3RS RSUDMN ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi staf rumah sakit dalam penggunaan APAR sewaktu gawat darurat kebakaran terjadi," tutur panitia pelaksana, Herman T, SKM MM, didampingi Haflina Syofianti, MKM dan Yulsyah Hendra, SKM, usai pembukaan workshop, Senin (8/7).
Kepada webroom, lebih detail, Haflina Syofianti mengatakan karena risiko bencana terbesar di rumah sakit adalah kebakaran, sebab banyak peralatan medik dengan kebutuhan listrik cukup tinggi, serta adanya gas medis/non medis, seperti di instalasi gizi.
"Workshop ini juga dilakukan dalam rangka persiapan penilaian akreditasi rumah sakit bulan Agustus mendatang. Ini adalah salah satu tugas dari pokja Manajemen Fasilitas dan Keselamatan," imbuh Haflina sambil menyebut bahwa kegiatan itu juga didasari Peraturan Menteri Kesehatan No 66/2014 tentang K3RS dalam rangka kesiapsiagaan rumah sakit menghadapi bencana kebakaran, dan semua karyawan rumah sakit harus bisa menggunakan APAR.
Dikatakan, workshop yang dibuka oleh Wakil Direktur Umum dan SDM dr Elfahmi, Sp THT, akan digelar selama tiga hari, Senin-Rabu (8-10/7), dengan peserta sebanyak 55 orang per hari. "Peserta diutamakan bagi karyawan baru, sekuriti, sopir dan petugas cleaning service," ujarnya.
Sedangkan narasumber adalah tim Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS), yakni Herman T, Haflina Syofianti dan Yulsyah Hendra. Dengan materi Manajemen Bencana dalam Program K3RS, Penanggulangan Bencana Rumah Sakit dan APAR dan Penggunaannya.