Santy Saberko, spesialis patologi anatomi di RSUD Solok (Foto: Ayu Cacen)
Dahulu, sekira tahun 80-an, ada sebuah sinetron TVRI yang amat digandrungi semua kalangan. Dokter Sartika, itu judul sinetronnya. Dibintangi aktris cantik Dewi Yull, Dokter Sartika bercerita tentang pengabdian seorang perempuan muda dan lajang melaksanakan profesinya sebagai seorang dokter di daerah terpencil.
Waktu itu, Santy Saberko masih sangat belia. Ia masih duduk di bangku Sekolah dasar (SD), di kampungnya Lubuk Alung. “Saya sangat suka dengan sosok dokter Sartika itu. Itulah yang menginspirasi saya untuk jadi dokter, “ kata dr Santy Saberko, M.Biomed Sp.PA ketika dikunjungi di ruang kerjanya, lantai tiga Gedung G, RSUD Solok, di Simpang Rumbio Solok.
Santy Saberko adalah alumni Fakultas Kedokteran Unand, saat ini adalah koordinator Laboratorium Patologi Anatomik (Lab PA) RSUD Solok. Meskipun belum setahun ia berdinas di rumah sakit tipe B milik Pemprov Sumbar ini, tapi Santy Saberko sudah dipercaya untuk merintis Lab PA, sekaligus mengoperasionalkannya,”Walaupun saat ini beberapa kasus terpaksa kita kerjasamakan dengan Lab PA di rumah sakit lain untuk pengerjaannya. Tetapi, tahun depan semuanya sudah bisa ditangani di sini,” ujar perempuan kelahiran 8 September 1977 ini.
Ia menyebutkan, keberadaan Lab PA di RSUD Solok adalah sesuatu yang sangat strategis. “Karena kebutuhan untuk pemeriksaan patologi anatomik di wilayah kerja RSUD Solok cukup tinggi,” ucapnya sambil mengatakan dalam rentang empat bulan keberadaan Lab PA di rumah sakit itu, sudah hampir 140 kasus yang ditangani!
Disebutkan, dengan adanya Lab PA di RSUD Solok, maka saat ini dapat dilakukan pemeriksaan jaringan (histopatologi) dan cairan (sitopatologi) untuk kebutuhan dukungan diagnosa klinis dokter. “Dengan pemeriksaan histopatologi yang kita lakukan di sini, bisa diperoleh kepastian ganas atau jinak sebuah tumor,” tuturnya.
Apalagi histopatologi, atau pemeriksaan jaringan, adalah pemeriksaan pasti atau dikenal dengan sebutan gold standard (baku emas). “Ketika dokter baru menduga secara klinis, apakah sesuatu benjolan itu infeksi atau tumor. Atau apakah tumornya jinak atau ganas, maka histopatologi menjawabnya!. Jadi sangat membantu para dokter lainnya untuk menegakkan diagnosa, terutama untuk kasus tumor,” ujar Santy Saberko.
Diuraikannya, pemeriksaan histopatologi adalah pemeriksaan dari jaringan tubuh manusia, di mana jaringan itu dilakukan pemeriksaan dan pemotongan makroskopis, diproses sampai siap menjadi slide atau preparat yang kemudian dilakukaan pembacaan secara mikroskopis untuk penentuan diagnosis.
Agak berbeda dengan histopatologi, pemeriksaan cairan (sitopatologi) memang bukan gold standard. Karena itu, pemeriksaan sitopatologi hanya membantu dokter, bukan memastikan, untuk ditegakkannya diagnosa.
Pemeriksaan sitologi adalah pemeriksaan dari cairan tubuh manusia yang kemudian diproses, yaitu dilakukan fiksasi dan pemberian pigmen kemudian dilakukan pembacaan dengan mikroskop. Perbedaan utama antara pemeriksaan histopatologi dan sitologi adalah di mana pada pemeriksaan histopatolologi akan tampak struktur jaringan, sedangkan pada pemeriksaan sitologi hanya tampak gambaran sel-sel nya tanpa terlihat struktur jaringannya.
“Jadi memang sangat strategis keberadaan Lab PA kita ini. Mudah-mudahan tahun depan perlatan kita semakin lengkap, sehingga dapat melayani semua pemeriksaan histopatologi maupun sitopatologi,” ujar Santy yang hobi traveling ini mengakhiri perbincangan. (te)