Lab PK, Maksimalkan Perpaduan Para Analis dengan Keandalan Mesin
Tuesday, 18 December 2018 829 Deswira Umar

Roza, salah seorang laboran di Lab PK RSUD Solok (Foto: ayu Cacen)

 

 

Bayangkan jika pemeriksaan darah, urin ataupun cairan tubuh lainnya, termasuk feses (tinja), sesorang bertukar dengan milik orang lain. Ya, seperti cerita sinetron lah jadinya; diagnosa penyakit pun tertukar. Artinya pengobatannya pun tidak akan tepat sasaran lagi. Ujung-ujungnya tentu berdampak sangat fatal terhadap orang yang bersangkutan. Artinya keselamatan pasien (patient safety) tidak terjaga.

Karena itu, tatkala sampel (darah, urin, cairan lainnya, serta feses) seseorang didaftarkan (registrasi) untuk diperiksa di Lab PK, harus dipastikan identitas sampel tersebut sesuai dengan register dan pencatatan rekam medik (RM), supaya tidak tertukar!

“Kita memberlakukan sistem registrasi online. Kita sudah menerapkan LIS, laboratorium information system. Ini merupakan terobosan, antara lain termasuk dalam rangka untuk mengantisipasi tertukarnya identitas sebuah sampel. LIS juga penting dalam rangka mempercepat waktu tunggu hasil laboratorium” tutur Kepala Instalasi Laboratorium Patologi Klinis (Lab PK) RSUD Solok dr Soufni Morawati, Sp.PK.

Dikatakan, secara alur pemeriksaan, ada tiga hal yang patut dicermati, yakni; praanalitik, analitik dan post analitik. Registrasi adalah bagian dari pra analitik, di samping syarat dan tatacara pengambilan sampel. Karena registrasi sudah dilakukan secara otomatis, tentu kesalahan pencatatan lantaran keteledoran manusia (human error) bisa ditekan.

Human error sangat mungkin terjadi di fase pra analitik ini, yakni dari mulai proses pengambilan sampel, sampai pelabelan identitas sudah sesuai. Apakah pengolahan sampel hingga sampel dikeluarkan dan diberikan, tidak terjadi keslahan? Apakah sejumlah persyaratan lainnya yang dianjurkan dokter sebelum sampel pasien bersangkutan diambil, sudah terpenuhi? Hal-hal semacam ini kan merupakan human error,” tutur Soufni Morawati.

Dalam rangka meminimalkan human error itu, kepada para staf di Lab PK itu, Soufni Morawati selalu mengingatkan agar senantiasa cermat saat pra analitik itu. Sedangkan untuk tahap analitik, karena semua sampel diperiksa oleh mesin yang berjalan secara otomatis,”Maka titik kesalahan adalah pada bagaimana mesin itu dioperasikan. Untuk itu, semua staf selalu kita latih bagaimana mengoperasikan alat secara baik dan benar,sesuai panduan dan SPO,” katanya.

Soufni Morawati dan jajarannya sangat memahami bahwa presisi dan akurasi hasil pemeriksaan di Lab PK ditentukan oleh perpaduan antara kecakapan staf dan para analis mengoperasi peralatan, serta keandalan dari peralatan itu sendiri. “Jika human error bisa ditekan, kemampuan petugas senantiasa ditingkatkan, dan keandalan peralatan selalu dijaga dengan program maintenance yang terjadwal, maka hasil pemeriksaan akan valid,” ujarnya.

Disebutkan, Instalasi Lab PK itu mempunyai 28 orang analis dan seorang staf administrasi itu. Mereka bekerja selama tujuh hari seminggu, 24 jam sehari semalam, “Mereka dibagi menjadi tiga shift (rombongan kerja, red). Rata-rata mereka bekerja delapan jam,” imbuh Soufni Morawati.

Sedangkan keandalan alat dijaga dengan senantiasa melakukan prosedur quality control atau QC, baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, QC dilakukan antara lain dalam bentuk mencermati hasil saat alat diuji dengan reagen QC tertentu. “Apakah hasilnya di dalam renge ideal atau tidak? Jika tidak, maka alat itu harus dikalibrasi ulang” tegasnya. Ia juga memaparkan bahwa range ideal adalah -2 sampai +2 SD.

Sementara QC eksternal  dilakukan dengan kerjasama sejumlah rumah sakit sejenis, di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan. Caranya adalah dengan memeriksa sampel secara silang, pada waktu bersamaan, dengan menggunakan alat yang setara, di laboratorium masing-masing. “Hasilnya dibandingkan dengan standar normal. Jika ada yang di bawah standar, berarti ada masalah pada alat. Dan harus dikalibrasi ulang,” tutur Soufni Morawati. Dikatakan bahwa selama ini, hasil QC eksternal yang dilakukan, RSUD Solok selalu memperoleh “rapor hijau”, atau bernilai baik. (te)


Berita Terkait